Tradisi perhelatan pernikahan menurut
adat Minangkabau yang lazimnya melalui sejumlah prosesi, hingga kini masih
dijunjung tinggi untuk dilaksanakan, yang melibatkan keluarga besar kedua calon
mempelai, terutama dari keluarga pihak wanita.
Teks: Ratri Suyani
Tata cara perkawinan di Sumatra Barat
sangat beragam antar luhak adat yang satu dengan luhak adat lainnya. Bahkan
antara nagari yang sama dalam satu luhak adat pun berbeda tata caranya. Namun,
seiring dengan waktu, terutama bagi warga Minang di rantau, urang-urang awak
sekarang sudah mau menerima tata cara dari nagari dan luhak adat Minang
lainnya, yang dianggap cukup baik dan menarik untuk dilaksanakan. Misalnya
untuk hiasan kepala pengantin wanita yang disebut suntiang balenggek. Awalnya
hanya digunakan oleh orang-orang di daerah Padang-Pariaman. Tetapi kini juga
dipakai oleh semua anak daro urang Minang. Demikian juga dengan malam bainai
dan tata cara menginjak kain putih, yang juga awalnya hanya digunakan di
beberapa daerah tertentu di Sumatra Barat. Bagaimana tradisi dan upacara
pernikahan adat Minang yang lazim dilakukan oleh masyarakat Minang di masa
kini? Berikut adalah tradisi dan upacara adat yang biasa dilakukan baik sebelum
maupun setelah acara pernikahan:
1. MARESEK
Maresek merupakan penjajakan pertama sebagai permulaan dari rangkaian tata-cara pelaksanaan pernikahan. Sesuai dengan sistem kekerabatan di Minangkabau yaitu matrilineal, pihak keluarga wanita mendatangi pihak keluarga pria. Lazimnya pihak keluarga yang datang membawa buah tangan berupa kue atau buah-buahan. Pada awalnya beberapa wanita yang berpengalaman diutus untuk mencari tahu apakah pemuda yang dituju berminat untuk menikah dan cocok dengan si gadis. Prosesi bisa berlangsung beberapa kali perundingan sampai tercapai sebuah kesepakatan dari kedua belah pihak keluarga.
Maresek merupakan penjajakan pertama sebagai permulaan dari rangkaian tata-cara pelaksanaan pernikahan. Sesuai dengan sistem kekerabatan di Minangkabau yaitu matrilineal, pihak keluarga wanita mendatangi pihak keluarga pria. Lazimnya pihak keluarga yang datang membawa buah tangan berupa kue atau buah-buahan. Pada awalnya beberapa wanita yang berpengalaman diutus untuk mencari tahu apakah pemuda yang dituju berminat untuk menikah dan cocok dengan si gadis. Prosesi bisa berlangsung beberapa kali perundingan sampai tercapai sebuah kesepakatan dari kedua belah pihak keluarga.
2. MAMINANG/BATIMBANG
TANDO (BERTUKAR TANDA)
Keluarga calon mempelai wanita
mendatangi keluarga calon mempelai pria untuk meminang. Bila pinangan diterima,
maka akan berlanjut ke proses bertukar tanda sebagai simbol pengikat perjanjian
dan tidak dapat diputuskan secara sepihak. Acara ini melibatkan orangtua, ninik
mamak dan para sesepuh dari kedua belah pihak. Rombongan keluarga calon
mempelai wanita datang membawa sirih pinang lengkap disusun dalam carano atau kampia
(tas yang terbuat dari daun pandan) yang disuguhkan untuk dicicipi keluarga
pihak pria. Selain itu juga membawa antaran kue-kue dan buah-buahan.
Menyuguhkan sirih di awal pertemuan mengandung makna dan harapan. Bila ada
kekurangan atau kejanggalan tidak akan menjadi gunjingan, serta hal-hal yang
manis dalam pertemuan akan melekat dan diingat selamanya. Kemudian dilanjutkan
dengan acara batimbang tando/batuka tando (bertukar tanda). Benda-benda yang
dipertukarkan biasanya benda-benda pusaka seperti keris, kain adat, atau benda
lain yang bernilai sejarah bagi keluarga. Selanjutnya berembuk soal tata cara
penjemputan calon mempelai pria.
3. MAHANTA
SIRIAH/MINTA IZIN
Calon mempelai pria mengabarkan dan
mohon doa restu tentang rencana pernikahan kepada mamak-mamak-nya,
saudara-saudara ayahnya, kakak-kakaknya yang telah berkeluarga dan para sesepuh
yang dihormati. Hal yang sama dilakukan oleh calon mempelai wanita, diwakili
oleh kerabat wanita yang sudah berkeluarga dengan cara mengantar sirih. Calon
mempelai pria membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau (sekarang
digantikan dengan rokok). Sementara bagi keluarga calon mempelai wanita, untuk
ritual ini mereka akan menyertakan sirih lengkap. Ritual ini ditujukan untuk
memberitahukan dan mohon doa untuk rencana pernikahannya. Biasanya keluarga
yang didatangi akan memberikan bantuan untuk ikut memikul beban dan biaya
pernikahan sesuai kemampuan.
4. BABAKO-BABAKI
Pihak keluarga dari ayah calon mempelai
wanita (disebut bako) ingin memperlihatkan kasih sayangnya dengan ikut memikul
biaya sesuai kemampuan. Acara ini biasanya berlangsung beberapa hari sebelum
acara akad nikah. Mereka datang membawa berbagai macam antaran. Perlengkapan
yang disertakan biasanya berupa sirih lengkap (sebagai kepala adat), nasi
kuning singgang ayam (makanan adat), barang-barang yang diperlukan calon
mempelai wanita (seperangkat busana, perhiasan emas, lauk-pauk baik yang sudah
dimasak maupun yang masih mentah, kue-kue dan sebagainya). Sesuai tradisi,
calon mempelai wanita dijemput untuk dibawa ke rumah keluarga ayahnya. Kemudian
para tetua memberi nasihat. Keesokan harinya, calon mempelai wanita diarak
kembali ke rumahnya diiringi keluarga pihak ayah dengan membawa berbagai macam
barang bantuan tadi.
5. MALAM BAINAI
Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku calon pengantin wanita. Lazimnya berlangsung malam hari sebelum akad nikah. Tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita. Perlengkapan lain yang digunakan antara lain air yang berisi keharuman tujuh macam kembang, daun iani tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai, dan kursi untuk calon mempelai. Calon mempelai wanita dengan baju tokah dan bersunting rendah dibawa keluar dari kamar diapit kawan sebayanya. Acara mandi-mandi secara simbolik dengan memercikkan air harum tujuh jenis kembang oleh para sesepuh dan kedua orang tua. Selanjutnya, kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai.
Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku calon pengantin wanita. Lazimnya berlangsung malam hari sebelum akad nikah. Tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita. Perlengkapan lain yang digunakan antara lain air yang berisi keharuman tujuh macam kembang, daun iani tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai, dan kursi untuk calon mempelai. Calon mempelai wanita dengan baju tokah dan bersunting rendah dibawa keluar dari kamar diapit kawan sebayanya. Acara mandi-mandi secara simbolik dengan memercikkan air harum tujuh jenis kembang oleh para sesepuh dan kedua orang tua. Selanjutnya, kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai.
6. MANJAPUIK MARAPULAI
Ini adalah acara adat yang paling
penting dalam seluruh rangkaian acara perkawinan menurut adat Minangkabau.
Calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke rumah calon pengantin wanita untuk
melangsungkan akad nikah. Prosesi ini juga dibarengi pemberian gelar pusaka
kepada calon mempelai pria sebagai tanda sudah dewasa. Lazimnya pihak keluarga
calon pengantin wanita harus membawa sirih lengkap dalam cerana yang menandakan
kehadiran mereka yang penuh tata krama (beradat), pakaian pengantin pria
lengkap, nasi kuning singgang ayam, lauk-pauk, kue-kue serta buah-buahan. Untuk
daerah pesisir Sumatra Barat biasanya juga menyertakan payung kuning, tombak,
pedang serta uang jemputan atau uang hilang. Rombongan utusan dari keluarga
calon mempelai wanita menjemput calon mempelai pria sambil membawa
perlengkapan. Setelah prosesi sambah-mayambah dan mengutarakan maksud kedatangan,
barang-barang diserahkan. Calon pengantin pria beserta rombongan diarak menuju
kediaman calon mempelai wanita.
7. PENYAMBUTAN DI
RUMAH ANAK DARO
Tradisi menyambut kedatangan calon
mempelai pria di rumah calon mempelai wanita lazimnya merupakan momen meriah
dan besar. Diiringi bunyi musik tradisional khas Minang yakni talempong dan
gandang tabuk, serta barisan Gelombang Adat timbal balik yang terdiri dari
pemuda-pemuda berpakaian silat, serta disambut para dara berpakaian adat yang
menyuguhkan sirih. Sirih dalam carano adat lengkap, payung kuning keemasan,
beras kuning, kain jajakan putih merupakan perlengkapan yang biasanya
digunakan. Keluarga mempelai wanita memayungi calon mempelai pria disambut
dengan tari Gelombang Adat Timbal Balik. Berikutnya, barisan dara menyambut
rombongan dengan persembahan sirih lengkap. Para sesepuh wanita menaburi calon
pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon
mempelai pria diperciki air sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki
kain putih menuju ke tempat berlangsungnya akad.
8. TRADISI USAI AKAD
NIKAH
Ada lima acara adat Minang yang lazim
dilaksanakan setelah akad nikah. Yaitu memulang tanda, mengumumkan gelar
pengantin pria, mengadu kening, mengeruk nasi kuning dan bermain coki.
* Mamulangkan Tando
Setelah resmi sebagai suami istri, maka tanda yang diberikan sebagai ikatan
janji sewaktu lamaran dikembalikan oleh kedua belah pihak.
* Malewakan Gala
Marapulai
Mengumumkan gelar untuk pengantin pria. Gelar ini sebagai tanda kehormatan dan
kedewasaan yang disandang mempelai pria. Lazimnya diumumkan langsung oleh ninik
mamak kaumnya.
* Balantuang Kaniang
atau Mengadu Kening
Pasangan mempelai dipimpin oleh para sesepuh wanita menyentuhkan kening mereka
satu sama lain. Kedua mempelai didudukkan saling berhadapan dan wajah keduanya
dipisahkan dengan sebuah kipas, lalu kipas diturunkan secara perlahan. Setelah
itu kening pengantin akan saling bersentuhan.
* Mangaruak Nasi
Kuniang
Prosesi ini mengisyaratkan hubungan kerjasama antara suami isri harus selalu
saling menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali dengan kedua pengantin
berebut mengambil daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning.
* Bamain Coki
Coki adalah permaian tradisional Ranah Minang. Yakni semacam permainan catur
yang dilakukan oleh dua orang, papan permainan menyerupai halma. Permainan ini
bermakna agar kedua mempelai bisa saling meluluhkan kekakuan dan egonya
masing-masing agar tercipta kemesraan.
Sumber: Tata Cara Perkawinan Adat
Istiadat Minangkabau, yang ditulis oleh Nazif Basir dan Elly Kasim
Resource: carapedia.com
2 komentar:
seneng baca nya,,,,
Terimakasih sudah berkunjung di blog 'puji parcel'. Dinanti kunjungan berikutnya ya Mba Yulia... :)
Posting Komentar